Di Negeri Para Perokok, Memutuskan Berhenti Merokok adalah Salah Satu Keputusan Paling Heroik

Saadatul Aliyah
3 min readJun 13, 2019

--

Satu fakta nyata yang sayangnya sering diabaikan di negeri berpenduduk besar ini adalah betapa dalam dan rumitnya rokok atau industri tembakau menjerat bangsa kita. Ketika 172 negara mulai dari negara maju hingga berkembang sudah meratifikasi pengaturan tembakau agar dibatasi dan tidak menggaet lebih banyak konsumen lagi, di Indonesia yang terjadi adalah hal sebaliknya. Perusahaan rokok bebas mengiklankan rokok di tempat-tempat strategis seperti billboard yang ada di sepanjang jalan, melalui media televisi dan internet dengan peraturan yang begitu longgar, menjadi sponsor untuk beragam aktivitas anak muda yang ramai dan trendy, hingga memberi beasiswa pendidikan. Industri rokok telah dengan lihainya bercokol di tataran akar rumput dengan dalih memberi lapangan pekerjaan, hingga elit politik yang bisa menghapus ayat undang-undang untuk melenggangkan kehidupan pemegang industri ini, yang sebagaimana sering dinyatakan, bukan lah seorang perokok. Dengan luar biasanya dukungan dari lingkungan hingga negara ini agar orang bisa menghisap racun 9 mili meter ini, rasanya tidak berlebihan jika orang yang berhasil berhenti merokok layak disebut sebagai seorang pahlawan.

Ada banyak hal yang bisa memicu seseorang untuk mengambil keputusan heroik ini, dengan alasan yang tak kalah heroik. Salah satunya adalah kesadaran bahwa rokok telah menggerogoti tubuhnya. Saya memiliki teman yang berusia 23 tahun, sudah merokok sejak masa remajanya, mengatakan bahwa tubuhnya mulai seperti tubuh seseorang berusia 30-an akhir. Tentu dia tak benar-benar tahu bagaimana tubuh seseorang di akhir 30-annya. Tapi dia menyadari ada yang membatasi aktivitasnya sehingga dia tak sebebas dahulu. Salah satunya adalah rasa sakit di dadanya setiap kali dia bernapas. Membuatnya sulit tidur dan bekerja sebagaimana seseorang di usia produktif diharapkan bekerja. Karena itu lah, dia, yang sebenarnya adalah perokok berat dan sanggup menghabiskan dua bungkus rokok sehari, memutuskan berhenti seketika, sebagai bentuk pertanggungjawaban rasa cinta kepada diri sendiri, juga pekerjaannya.

Kadang, alasan itu tak hanya tumbuh karena ingin membahagiakan diri sendiri. Beberapa orang memiliki kesulitan untuk melakukan itu. Justru, rasa cinta kepada orang lain lah yang menjadi kekuatan terbesarnya. Misalnya saja seorang ibu yang sadar telah menghianati tubuhnya dengan rokok, tapi bertindak sebaliknya ketika menyadari ada kehidupan di dalam rahimnya. Keinginan untuk melindungi orang yang terasayang pun, entah anak atau pasangan yang bisa dengan mudahnya menghirup racun rokok karena dekat dengan perokok, atau dari perabotan yang tertempel asap rokok itu secara tidak disadari oleh si perokok, merupakan sesuatu yang heroik juga, bukan? Kenyataannya masih banyak juga orang egois yang dengan santainya memberi rokok pada lingkungan sekitarnya seakan apa yang dia bagikan bukan lah racun melainkan berkah. Kepada orang-orang itu, kita patut beri apresiasi yang besar.

Mengambil keputusan untuk berhenti merokok, adalah sesuatu yang besar. Tapi yang lebih besar lagi, adalah mengendalikan diri agar bertahan, tidak jatuh kembali pada jeratan racun rokok, yang bisa menjadi lebih rumit dari yang dibayangkan. Tubuh seorang perokok telah disusupi banyak bahan kimia merugikan yang selain perusak, juga penuntut. Terbiasa dengan nikotin, otak akan meminta tambahan lagi. Jika tidak, mungkin akan ada efek samping yang muncul, misalnya rasa mual atau bahkan stres. Karena itu, mengatur stres menjadi salah satu kunci penting bagi orang yang berhenti merokok. Tentu akan lebih baik jika kita bisa menghindari situasi stress, tapi jika tidak bisa, berolah raga adalah salah satu cara yang baik untuk menghilangkan stress. Selain itu, mengonsumsi makanan sehat dan bermeditasi juga cukup membantu. Berada di situasi yang penuh perokok mungkin saja dapat menggoyahkan tekad kita. Tidak ada salahnya jika kita meminta orang terdekat yang merokok untuk tidak merokok di sekitar kita. Seorang teman yang pengertian pasti akan mendukungmu menjadi lebih baik. Jika mendapat tanggapan buruk, mengganti lingkungan sosial sesekali pun bisa dicoba.

Kepada para perokok yang sudah bertekad untuk membersihkan diri dari racun paling populer, paling mudah dijangkau ini, saya ingin mengucapkan selamat. Hal itu merupakan suatu langkah besar yang mungkin tidak akan hanya menyelamatkan dirimu, atau keluargamu, tapi juga suatu bangsa. Meskipun begitu, harus kita sadari bahwa tantangan untuk tetap tidak merokok bisa menjadi panjang dan rumit. Maka, jangan pernah ragu meminta bantuan, baik dari orang terdekat, atau jika perlu, seorang profesional.

--

--